Sudah lama Israel “bernafsu” menguasai wilayah ini. Namun, jangankan menguasai, untuk bisa masuk ke dalamnya saja Israel sangat kesulitan.
Sudah banyak cara yang mereka lakukan untuk menundukkan kota kecil ini.
Blokade rapat yang membuat rakyat Gaza kesulitan memperoleh bahan
makanan, obat-obatan, dan energi, telah dilakukan sejak 2006 hingga
kini. Namun, penduduk Gaza tetap bertahan, bahkan perlawanan Gaza atas
penjajahan Zionis semakin menguat.
Akhirnya Israel melakukan serangan “habis-habisan” ke wilayah ini sejak
27 Desember 2008 hingga 18 Januari 2009. Mereka”mengguyurkan” ratusan
ton bom dan mengerahkan semua kekuatan hingga pasukan cadangannya.
Namun, sekali lagi, negara yang tergolong memiliki militer terkuat di dunia ini harus mundur dari Gaza.
Di
atas kertas, kemampuan senjata AK 47, roket anti tank RPG, ranjau,
serta beberapa jenis roket buatan lokal yang biasa dipakai para
mujahidin Palestina, tidak akan mampu menghadapi pasukan Israel yang
didukung tank Merkava yang dikenal terhebat di dunia. Apalagi menghadapi
pesawat tempur canggih F-16, heli tempur Apache, serta ribuan ton “bom
canggih” buatan Amerika Serikat.
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiOOZk04cmQcF1qUxGC-3CE-_c2h353lhzet0x1BEN3uPxl4F7keNYhskwpK1PDblZH3aLtWaN1_ikF3IRk6DqGnc2Pnw6lnOcXe9S3dDlSXKO2t7o6wj9oWUvfnzF2-39_0JyLBgv27p0r/s800/militer_konvoi.jpg)
Akan tetapi di sana ada “kekuatan lain”
yang membuat para mujahidin mampu membuat “kaum penjajah” itu hengkang
dari Gaza dengan muka tertunduk, walau hanya dengan berbekal
senjata-senjata “kuno”.
Itulah pertolongan Allah Subhanahu
wa Ta’ala yang diberikan kepada para pejuangnya yang taat dan ikhlas.
Kisah tentang munculnya “pasukan lain” yang ikut bertempur bersama para
mujahidin, semerbak harum jasad para syuhada, serta beberapa peristiwa
“aneh” lainnya selama pertempuran, telah beredar di kalangan
masyarakat Gaza, ditulis para jurnahs, bahkan disiarkan para khatib
Palestina di khutbah-khutbah Jumat mereka.
Berikut ini adalah rangkuman kisah-kisah “ajaib” tersebut dari berbagai sumber untuk kita ingat dan renungkan.
Pasukan "Berseragam Putih" di Gaza
Ada “pasukan lain” membantu para mujahidin Palestina. Pasukan Israel sendiri mengakui adanya pasukan berseragam putih itu.
Suatu hari di penghujung Januari 2009,
sebuah rumah milik keluarga Dardunah yang berada di antara Jabal Al
Kasyif dan Jabal Ar Rais, tepatnya di jalan Al Qaram, didatangi oleh
sekelompok pasukan Israel.
Seluruh anggota keluarga diperintahkan
duduk di sebuah ruangan. Salah satu anak laki-laki diinterogasi
mengenai ciri-ciri para pejuang al-Qassam.
Saat diinterogasi, sebagaimana ditulis
situs Filisthin Al Aan (25/1/2009), mengutip cerita seorang mujahidin
al-Qassam, laki-laki itu menjawab dengan jujur bahwa para pejuang
al-Qassam mengenakan baju hitam-hitam. Akan tetapi tentara itu malah
marah dan memukulnya hingga laki-laki malang itu pingsan.
Selama tiga hari berturut-turut, setiap
ditanya, laki-laki itu menjawab bahwa para pejuang al-Qassam memakai
seragam hitam. Akhirnya, tentara itu naik pitam dan mengatakan dengan
keras, “Wahai pembohong! Mereka itu berseragam putih!”
Cerita lain yang disampaikan penduduk
Palestina di situs milik Brigade Izzuddin al-Qassam, Multaqa al-Qasami,
juga menyebutkan adanya “pasukan lain” yang tidak dikenal. Awalnya,
sebuah ambulan dihentikan oleh sekelompok pasukan Israel. Sopirnya
ditanya apakah dia berasal dari kelompok Hamas atau Fatah? Sopir malang
itu menjawab, “Saya bukan kelompok mana-mana. Saya cuma sopir
ambulan.”
Akan tetapi tentara Israel itu masih
bertanya, “Pasukan yang berpakaian putih-putih dibelakangmu tadi, masuk
kelompok mana?” Si sopir pun kebingungan, karena ia tidak melihat
seorangpun yang berada di belakangnya. “Saya tidak tahu,” jawaban
satu-satunya yang ia miliki.
Suara Tak Bersumber
Ada
lagi kisah karamah mujahidin yang kali ini disebutkan oleh khatib
masjid Izzuddin Al Qassam di wilayah Nashirat Gaza yang telah
ditayangkan oleh TV channel Al Quds, yang juga ditulis oleh Dr
Aburrahman Al Jamal di situs Al Qassam dengan judul Ayaat Ar Rahman fi
Jihad Al Furqan (Ayat-ayat Allah dalam Jihad Al Furqan).
Sang khatib bercerita, seorang pejuang
telah menanam sebuah ranjau yang telah disiapkan untuk menyambut
pasukan Zionis yang melalui jalan tersebut.
“Saya telah menanam sebuah ranjau. Saya
kemudian melihat sebuah helikopter menurunkan sejumlah besar pasukan
disertai tank-tank yang beriringan menuju jalan tempat saya menanam
ranjau,” kata pejuang tadi.
Akhirnya, sang pejuang memutuskan untuk
kembali ke markas karena mengira ranjau itu tidak akan bekerja
optimal. Maklum, jumlah musuh amat banyak.
Akan tetapi, sebelum beranjak
meninggalkan lokasi, pejuang itu mendengar suara “Utsbut, tsabatkallah”
yang maknanya kurang lebih, “tetaplah di tempat maka Allah
menguatkanmu.” Ucapan itu ia dengar berulang-ulang sebanyak tiga kali.
“Saya mencari sekeliling untuk
mengetahui siapa yang mengatakan hal itu kapada saya. Akan tetapi saya
malah terkejut, karena tidak ada seorang pun yang bersama saya,” ucap
mujahidin itu, sebagaimana ditirukan sang khatib.
Akhirnya sang mujahid memutuskan untuk
tetap berada di lokasi. Ketika sebuah tank melewati ranjau yang
tertanam, sesualu yang “ajaib” terjadi. Ranjau itu justru meledak amat
dahsyat. Tank yang berada di dekatnya langsung hancur. Banyak serdadu
Israel meninggal seketika. Sebagian dari mereka harus diangkut oleh
helikopter. “Sedangkan saya sendiri dalam keadaan selamat,” kata
mujahid itu lagi, melalui lidah khatib.
Cerita yang disampaikan oleh seorang
penulis Mesir, Hisyam Hilali, dalam situs alraesryoon.com, ikut
mendukung kisah-kisah sebelumnya. Abu Mujahid, salah seorang pejuang
yang melakukan ribath (berjaga) mengatakan,
“Ketika saya mengamati gerakan
tank-tank di perbatasan kota, dan tidak ada seorang pun di sekitar,
akan tetapi saya mendengar suara orang yang bertasbih dan beritighfar.
Saya berkali-kali mencoba untuk memastikan asal suara itu, akhirnya
saya memastikan bahwa suara itu tidak keluar kecuali dari bebatuan dan
pasir.”
Cerita mengenai “pasukan tidak dikenal”
juga datang dari seorang penduduk rumah susun wilayah Tal Islam yang
handak mengungsi bersama keluarganya untuk menyelamatkan diri dari
serangan Israel.
Di tangga rumah ia melihat beberapa pejuang menangis. “Kenapa kalian menangis?” tanyanya.
“Kami menangis bukan karena khawatir keadaan diri kami atau takut dari musuh. Kami menangis karena bukan kami yang bertempur. Di sana ada kelompok lain yang bertempur memporak-porandakan musuh, dan kami tidak tahu dari mana mereka datang,” jawabnya.
Saksi Serdadu Israel
Cerita
tentang “serdadu berseragam putih” tak hanya diungkap oleh mujahidin
Palestina atau warga Gaza. Beberapa personel pasukan Israel sendiri
menyatakan hal serupa.
Situs al-Qassam memberitakan bahwa TV
Channel 10 milik Israel telah menyiarkan seorang anggota pasukan yang
ikut serta dalam pertempuran Gaza dan kembali dalam keadaan buta.
“Ketika saya berada di Gaza, seorang
tentara berpakaian putih mendatangi saya dan menaburkan pasir di mata
saya, hingga saat itu juga saya buta,” kata anggota pasukan ini.
Di tempat lain ada serdadu Israel yang
mengatakan mereka pernah berhadapan dengan “hantu”. Mereka tidak
diketahui dari mana asalnya, kapan munculnya, dan ke mana menghilangnya.
Masih dari Channel 10, seorang Lentara
Israel lainnya mengatakan, “Kami berhadapan dengan pasukan berbaju
putih-putih dengan jenggot panjang. Kami tembak dengan senjata, akan
tetapi mereka tidak mati.”
Cerita ini menggelitik banyak pemirsa. Mereka bertanya kepada Channel 10, siapa sebenarnya pasukan berseragam putih itu?
Sudah Meledak, Ranjau Masih Utuh
Di saat para mujahidin terjepit, hewan-hewan dan alam tiba-tiba ikut membantu, bahkan menjelma menjadi sesuatu yang menakutkan.
Sebuah kejadian “aneh” terjadi di Gaza
Selatan, tepatnya di daerah AI Maghraqah. Saat itu para mujahidin
sedang memasang ranjau. Di saat mengulur kabel, tiba-tiba sebuah
pesawat mata-mata Israel memergoki mereka. Bom pun langsung jatuh ke
lokasi itu.
Untunglah para mujahidin selamat.
Namun, kabel pengubung ranjau dan pemicu yang tadi hendak disambung
menjadi terputus. Tidak ada kesempatan lagi untuk menyambungnya, karena
pesawat masih berputar-putar di atas.
Tak lama kemudian, beberapa tank Israel
mendekati lokasi di mana ranjau-ranjau tersebut ditanam. Tak sekadar
lewat, tank-tank itu malah berhenti tepat di atas peledak yang sudah
tak berfungsi itu.
Apa daya, kaum Mujahidin tak bisa
berbuat apa-apa. Kabel ranjau jelas tak mungkin disambung, sementara
tank-tank Israel telah berkumpul persis di atas ranjau.
Mereka merasa amat sedih, bahkan ada
yang menangis ketika melihat pemandangan itu. Sebagian yang lain
berdoa, “allahumma kama lam tumakkinna minhum, allahumma la tumakkin
lahum,” yang maknanya, “Ya Allah, sebagaimana engkau tidak memberikan
kesempatan kami menghadapi mereka, jadikanlah mereka juga lidak
memiliki kesempatan serupa.”
Tiba-tiba, ketika fajar tiba, terjadilah keajaiban. Terdengar ledakan dahsyat persis di lokasi penanaman ranjau yang tadinya tak berfungsi.
Setelah Tentara Israel pergi dengan
membawa kerugian akibat ledakan lersebut, para mujahidin segera melihal
lokasi ledakan. Sungguh aneh, ternyata seluruh ranjau yang telah
mereka tanam itu masih utuh. Dari mana datangnva ledakan? Wallahu
a’lam.
Masih dari wilayah Al Maghraqah. Saat
pasukan Israel menembakkan artileri ke salah satu rumah, hingga rumah
itu terbakar dan api menjalar ke rumah sebelahnya, para mujahidin
dihinggapi rasa khawatir jika api itu semakin tak terkendali.
Seorang dari mujahidin itu lalu
berdoa,”Wahai Dzat yang merubah api menjadi dingin dan tidak
membahayakan untuk Ibrahim, padamkanlah api itu dengan kekuatan-Mu.”
Maka, tidak lebih dari tiga menit, api pun padam. Para niujahidin menangis terharu karena mereka merasa Allah Subhanuhu wa Ta’ala (SWT) telah memberi pertolongan dengan terkabulnya doa mereka dengan segera.
Merpati dan Anjing
Seorang
mujahid Palestina menuturkan kisah “aneh” lainnya kepada situs
Filithin Al Aan (25/1/ 2009). Saat bertugas di wilayah Jabal Ar Rais,
sang mujahid melihat seekor merpati terbang dengan suara melengking,
yang melintas sebelum rudal-rudal Israel berjatuhan di wilayah itu.
Para mujahidin yang juga melihat merpati itu langsung menangkap adanya isyarat yang ingin disampaikan sang merpati.
Begitu merpali itu melintas, para
mujahidin langsung berlindung di tempat persembunyian mereka. Ternyata
dugaan mereka benar. Selang beberapa saat kemudian bom-bom Israel
datang menghujan. Para mujahidin itu pun selamat.
Adalagi cerita “keajaiban” mengenai
seekor anjing, sebagaimana diberitakan situs Filithin Al Aan. Suatu
hari, tatkala sekumpulan mujahidin Al Qassam melakukan ribath di front
pada tengah malam, tiba-tiba muncul seekor anjing militer Israel jenis
doberman. Anjing itu kelihatannya memang dilatih khusus untuk membantu
pasukan Israel menemukan tempat penyimpanan senjata dan persembunyian
para mujahidin.
Anjing besar ini mendekat dengan
menampakkan sikap tidak bersahabat. Salah seorang mujahidin kemudian
mendekati anjing itu dan berkata kepadanya, “Kami adalah para mujahidin
di jalan Allah dan kami diperintahkan untuk tetap berada di tempat
ini. Karena itu, menjauhlah dari kami, dan jangan menimbulkan masalah
untuk kami.”
Setelah itu, si anjing duduk dengan dua
tangannya dijulurkan ke depan dan diam. Akhirnya, seorang mujahidin
yang lain mendekatinya dan memberinya beberapa korma. Dengan tenang
anjing itu memakan korma itu, lalu beranjak pergi.
Kabut pun Ikut Membantu
Ada
pula kisah menarik yang disampaikan oleh komandan lapangan Al Qassam
di kamp pengungsian Nashirat, langsung setelah usai shalat dhuhur di
masjid Al Qassam (17/1/2009).
Saat itu sekelompok mujahidin yang
melakukan ribath di Tal Ajul terkepung oleh tank-tank Israel dan pasukan
khusus mereka. Dari atas, pesawat mata-mata terus mengawasi.
Di saat posisi para mujahidin terjepit,
kabut tebal tiba-tiba turun di malam itu. Kabut itu lelah menutupi
pandangan mata tentara Israel dan membantu pasukan mujahidin keluar
dari kepungan.
Kasus serupa diceritakan oleh Abu
Ubaidah. salah satu pemimpin lapangan Al Qassam, sebagaimana ditulis
situs almesryoon.com (sudah tidak bisa diakses lagi). la bercerita
bagaimana kabut tebal tiba-tiba turun dan membatu para mujahidin untuk
melakukan serangan.
Awalnya, pasukan mujahiddin tengah
menunggu waktu yang tepat untuk mendekati tank-tank tentara Israel guna
meledakkannya. “Tak lupa kami berdoa kepada Allah agar dimudahkan
untuk melakukan serangan ini,” kata Abu Ubaidah.
Tiba-tiba turunlah kabut tebal di
tempat tersebut. Pasukan mujahidin segera bergerak menyelinap di antara
tank-tank, menanam ranjau-ranjau di dekatnya, dan segera meninggalkan
lokasi tanpa diketahui pesawat mata-mata yang memenuhi langit Gaza,
atau oleh pasukan infantri Israel yang berada di sekitar kendaraan
militer itu. Lima tentara Israel tewas di tempat dan puluhan lainnya
luka-luka setelah ranjau-ranjau itu meledak.
Selamat Dengan al-Qur’an
Cerita
ini bermula ketika salah seorang pejuang yang menderita luka memasuki
rumah sakit As Syifa’. Seorang dokter yang memeriksanya kaget ketika
mengelahui ada sepotong proyektil peluru bersarang di saku pejuang
tersebut.
Yang membuat ia sangat kaget adalah
timah panas itu gagal menembus jantung sang pejuang karena terhalang
oleh sebuah buku doa dan mushaf al-Qur’an yang selalu berada di saku
sang pejuang.
Buku kumpulun doa itu berlobang, namun
hanya sampul muka mushaf itu saja yang rusak, sedangkan proyektil
sendiri bentuknya sudah “berantakan”.
Kisah ini disaksikan sendiri oleh Dr
Hisam Az Zaghah, dan diceritakannya saat Festival Ikatan Dokter Yordan
sebagaimana ditulis situs partai Al Ikhwan Al Muslimun (23/1/2009).
Dr. Hisam juga memperlihatkan bukti
berupa sebuah proyektil peluru, mushaf Al Qur’an, serta buku kumpulan
doa-doa berjudul Hishnul Muslim yang menahan peluru tersebut.
Abu Ahid, imam Masjid AnNur di Hay As
Syeikh Ridzwan, juga punya kisah menarik. Sebelumnya, Israel telah
menembakkan 3 rudalnya ke masjid itu hingga tidak tersisa kecuali hanya
puing-puing bangunan. “Akan tetapi mushaf-mushaf Al Quran tetap berada
di tampatnya dan tidak tersentuh apa-apa,” ucapnya seraya tak henti
bertasbih.
“Kami temui beberapa mushaf yang
terbuka tepat di ayat-ayat yang mengabarkan tentang kemenangan dan
kesabaran, seperti firman Allah, ‘Dan Kami pasti akan menguji kamu
dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan
buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang
sabar, yaitu orang-orang yang apabila ditimpa musibah mereka berkata,
sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nyalah kami
kembali,”(Al-Baqarah [2]: 155-156),” jelas Abu Ahid sebagaimana dikutip
Islam Online (15/1/2009).
Harum Jasad Para Syuhada
Abdullah
As Shani adalah anggota kesatuan sniper (penembak jitu) al-Qassam yang
menjadi sasaran rudal pesawat F-16 Israel ketika sedang berada di pos
keamanan di Nashirat, Gaza.
Jasad komandan lapangan al-Qassam dan
pengawal khusus para tokoh Hamas ini “hilang” setelah terkena rudal.
Selama dua hari jasad tersebut dicari, ternyata sudah hancur tak tersisa
kecuali serpihan kepala dan dagunya. Serpihan-serpihan tubuh itu
kemudian dikumpulkan dan dibawa pulang ke rumah oleh keluarganya untuk
dimakamkan.
Sebelum dikebumikan, sebagaimana dirilis
situs syiria-aleppo. com (24/1/2009), serpihan jasad tersebut sempat
disemayamkan di sebuah ruangan di rumah keluarganya. Beberapa lama
kemudian, mendadak muncul bau harum misk dari ruangan penyimpanan serpihan tubuh tadi.
Keluarga Abdullah As Shani’ terkejut
lalu memberitahukan kepada orang-orang yang mengenal sang pejuang yang
memiliki kuniyah (julukan) Abu Hamzah ini.
Lalu, puluhan orang ramai-ramai
mendatangi rumah tersebut untuk mencium bau harum yang berasal dari
serpihan-serpihan tubuh yang diletakkan dalam sebuah kantong plastik.
Bahkan, menurut pihak keluarga, 20 hari setelah wafatnya pria yang tak suka menampakkan amalan-amalannya ini, bau harum itu kembali semerbak memenuhi rungan yang sama.
Cerita yang sama terjadi juga pada
jenazah Musa Hasan Abu Nar, mujahid Al Qassam yang juga syahid karena
serangan udara Israel di Nashiriyah. Dr Abdurrahman Al Jamal, penulis
yang bermukim di Gaza, ikut mencium bau harum dari sepotong kain yang
terkena darah Musa Hasan Abu Nar. Walau kain itu telah dicuci
berkali-kali, bau itu tetap semerbak.
Ketua Partai Amal Mesir, Majdi Ahmad Husain, menyaksikan sendiri harumnya jenazah
para syuhada. Sebagaunana dilansir situs Al Quds Al Arabi (19/1/2009),
saat masih berada di Gaza, ia menyampaikan, “Saya telah mengunjungi
sebagian besar kota dan desa-desa. Saya ingin melihat bangunan-bangunan
yang hancur karena serangan Israel. Percayalah, bahwa saya mencium bau
harumnya para syuhada.”
Dua Pekan Wafat, Darah Tetap Mengalir
Yasir
Ali Ukasyah sengaja pergi ke Gaza dalam rangka bergabung dengan sayap
milisi pejuang Hamas, Brigade Izzuddin al-Qassam. Ia meninggalkan Mesir
setelah gerbang Rafah, yang menghubungkan Mesir-Gaza, terbuka beberapa
bulan lalu.
Sebelumnya, pemuda yang gemar menghafal
al-Qur’an ini sempat mengikuti wisuda huffadz (para penghafal)
al-Qur’an di Gaza dan bergabung dengan para mujahidin untuk memperoleh
pelatihan militer. Sebelum masuk Gaza, di pertemuan akhir dengan salah
satu sahabatnya di Rafah, ia meminta didoakan agar memperoleh
kesyahidan.
Untung tak dapat ditolak, malang tak
dapat diraih, di bumi jihad Gaza, ia telah memperoleh apa yang ia
cita-citakan. Yasir syahid dalam sebuah pertempuran dengan pasukan
Israel di kamp pengungsian Jabaliya.
Karena kondisi medan, jasadnya baru bisa dievakuasi setelah dua pekan wafatnya di medan pertempuran tersebut.
Walau sudah dua pekan meninggal, para
pejuang yang ikut serta melakukan evakuasi menyaksikan bahwa darah
segar pemuda berumur 21 tahun itu masih mengalir dan fisiknya tidak
rusak. Kondisinya mirip seperti orang yang sedang tertidur.
Sebelum syahid, para pejuang pernah
menawarkan kepadanya untuk menikah dengan salah satu gadis Palestina,
namun ia menolak. “Saya meninggalkan keluarga dan tanah air dikarenakan
hal yang lebih besar dari itu,” jawabnya.
Kabar tentang kondisi jenazah pemuda
yang memiliki kuniyah Abu Hamzah beredar di kalangan penduduk Gaza.
Para khatib juga menjadikannya sebagai bahan khutbah Jumat mereka atas
tanda-tanda keajaiban perang Gaza. Cerita ini juga dimuat oleh Arab Times (7/2/ 2009)
Terbunuh 1.000, Lahir 3.000
Hilang
seribu, tumbuh tiga ribu. Sepertinya, ungkapan ini cocok disematkan
kepada penduduk Gaza. Kesedihan rakyat Gaza atas hilangnya nyawa 1.412
putra putrinya, terobati dengan lahirnya 3.700 bayi selama 22 hari
gempuran Israel terhadap kota kecil ini.
Hamam
Nisman, Direktur Dinas Hubungan Sosial dalam Kementerian Kesehatan
pemerintahan Gaza menyatakan bahwa dalam 22 hari 3.700 bayi lahir di
Gaza. “Mereka lahir antara tanggal 27 Desember 2008 hingga 17 Januari
2009, ketika Israel melakukan serangan yang menyebabkan meninggalnya
1.412 rakyat Gaza, yang mayoritas wanita dan anak-anak,” katanya.
Bulan
Januari tercatat sebagai angka kelahiran tertinggi dibanding
bulan-bulan sebelumnya. “Setiap tahun 50 ribu kasus kelahiran tercatat
di Gaza. Dan, dalam satu bulan tercatat 3.000 hingga 4.000 kelahiran.
Akan tetapi di masa serangan Israel 22 hari, kami mencatat 3.700
kelahiran dan pada sisa bulan Januari tercatat 1.300 kelahiran. Berarti
dalam bulan Januari terjadi peningkatan kelahiran hingga 1.000 kasus.
Rasio
antara kematian dan kelahiran di Gaza memang tidak sama. Angka
kelahiran, jelasnya lagi, mencapai 50 ribu tiap tahun, sedang kematian
mencapai 5 ribu.
“Israel
sengaja membunuh para wanita dan anak-anak untuk menghapus masa depan
Gaza. Sebanyak 440 anak-anak dan 110 wanita telah dibunuh dan 2.000
anak serta 1.000 wanita mengalami luka-luka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar